Tak pernah main-main dengan "Aku Mencintaimu" karena "Mempermainkan" hanya akan menghasilkan "Dipermainkan". Cinta bukan sekedar masalah hati, cinta juga perlu "Logika" ♥

Senin, 10 Desember 2012

#DecemberWish

Welcome to December! Source :: Google 

            Wah ternyata udah desember aja nih ya.. Mau #DecemberWish dulu aahhh.. TTWW di twitternya udah lewat sih, cuman kan daripada nggak sama sekali? Hayooo :p
            Oke.. #DecemberWish dimulai!

Takdirkah Ini? (Part 7)



Kisah sebelumnya ::
            Bel rumahku berbunyi. Belum sempat aku menuju pintu rumahku, tiba-tiba Doni sudah ada di depanku. Dengan membawa sesuatu yang tak asing di mataku.


            Putih. Bunga mawar putih. Kesukaanku.
            “Hei, Grace. Apakabar? Nih aku bawain bunga”
            “B.a..ik kamu kenapa bisa disini?” Ujarku terbata-bata
            Ia hanya tersenyum dan
            “Kamu mau tidak jadi pacarku?” Ia berlutut didepanku.
            “Hah? Kamu?”
            “Iya aku kenapa?”

Minggu, 02 Desember 2012

Cintaku. Tak terbalas?


Pagi ini seperti biasa. Tak ada yang berbeda. Ke sekolah diantar Papa dan setelah itu melaksanakan tugas piket. Ya, seperti biasa. Semua ini membuatku jenuh. Tak lama kumenunggu, teman-temanku satu persatu mulai datang. Mereka terlihat berbeda dari biasanya. Mereka terlihat seperti sedang membicarakan sesuatu yang memang pantas untuk dibicarakan.

            “Ngomongin apa sih kalian?” Tanyaku pada salah satu temanku
            “Wah, kamu kemana aja Mel? Masa gak tau sih? Di sekolah kita ada murid baru yang ganteng banget” Ujarnya dengan penuh semangat.

Sudah Puas??


“Braakkk”
            Suara pintu terdengar keras memecah gendang telinga rasanya. Segera kuhampiri ia ke kamarnya. Ntah apa lagi ulahnya kini.
            “Kamu kenapa lagi de? Kakak capek liat kamu gini terus” Ujarku sambil mengetuk pintu kamarnya
            “Udahlah kak! Aku lagi ingin sendiri! Apa peduli kakak hah? Pergi sana!” Terdengar suara Carol dari seberang pintu.
            “Okay. Ingat makan malam nanti ya” Ujarku sembari pergi meninggalkannya

xXx

            Namaku Yudis. Aku tinggal di kota metropolitan ini sudah sekitar 5 tahun lamanya. Umurku 23 tahun.  Aku mempunyai seorang adik. Namanya Carol. Di rumah yang aku tempati sekarang, aku hanya tinggal berdua dengan adikku. Orang tuaku? Mereka pergi. Pergi ntah kemana. Mereka berdua berjanji akan pulang, tapi apa? Janji tak pernah mereka tepati. Bahkan seingatku sedari kecil aku tak pernah menerima ucapan ulang tahun dari mereka. Orang tuaku super super sibuk, tiap bulan aku hanya dikiriminya uang. Tanpa bertemu. Aku iri dengan teman-temanku yang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Sedangkan aku?

            Carol. Adikku. Bersekolah di salah satu SMA negeri di Jakarta. Umur kami terpaut jauh. Berbeda denganku yang ditinggal oleh orang tuaku saat usiaku sudah bisa dikatakan cukup. Sedangkan Carol? Umurnya sekitar 12 tahun. Mungkin itu yang menyebabkan sampai saat ini Carol selalu frontal. Pulang malam dalam kondisi mabuk yang ntah diantar oleh siapa. Aku selalu menasehatinya dan memarahinya. Tapi ia? Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Aku paham mengapa ia seperti itu.

            “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa” raungan keras terdengar dari kamar Carol.
            Segera kuberlari menuju kamarnya.
            “De kamu kenapa? Buka pintu de. Buka!!!!” Ujarku dengan nada meninggi
            “A..kk.uuu gak ap..a a..pa” Ujarnya terbata-bata
            “De! Aku serius!”

            Segera kuberlari menuju kamarku dan mengambil kunci cadangan kamar Carol.
            Pintu terbuka.

            “Carol!!! Kamu kenapa?? Badanmu kenapa?? Kamu makan apa??” Ujarku seraya mengangkat kepala Carol.
            Carol terlihat menggigil dengan muka yang pucat. Keringat dingin bercucuran.
            “Aku hanya butuh itu kak. Itu!!”

            Kulihat kemana arah telunjuk jari Carol menunjuk. Segera kuambil apa yang ia inginkan.

            “Apa ini de? Obatmu? Kenapa kamu gak pernah bilang kalo kamu sakit?!?!”
            “Gak perlu tahu! Apa itu! Berikan padaku!” Ujarnya memaksa.
            “Nggak sebelum kamu katakan apa ini!”
            “Heroin”
            “Hah?!?!”
            “Berikan padaku!!”

            Tak kuhiraukan perkataannya. Segera kubawa ia ke rumah sakit terdekat.
           
xXx
            Di rumah sakit.

            “Jadi kenapa dengan adik saya dok?”

            Dokter hanya berdehem

            “Dok?”
            “Adik anda pecandu narkoba. Dan ia sudah terlalu kecanduan. Saya perkirakan ia sudah menggunakan narkoba selama 2 tahun belakangan”
            Aku terdiam. Membisu. Tak menyangka.
            “Lantas, bagaimana keadaannya?”
            “Saya tak yakin bahwa adik anda bisa sembuh”

            Segera kuberlari menuju kamar adikku. Tak kuhiraukan orang-orang rumah sakit yang heran melihatku berlari dengan keadaan terbanjiri oleh air mata.
            Di kamar Carol, aku melihat Carol terbaring lemas.

            “Kak maaf ya, aku selama ini gak pernah dengerin apa yang kakak bilang. Aku... Aku nyesel” Ujarnya dengan suara parau yang menyakitkan hatiku.
            “Iya de. Nanti kalau kamu sudah sembuh ceritakan semuanya padaku ya!” Ujarku sambil memegang tangannya.
            “Iya kak. Tapi apakah aku masih bisa sembuh? Aku sudah lama terjerumus dalam hal ini.”
            “De...”
            “Kak, aku gini karena aku mencoba mencari kesenangan. Mencoba mencari kesenangan dari kesedihan dengan kenyataan kalau orang tua kita gak pernah peduli sama kita.”
            “De! Kamu punya aku! Kenapa kamu gak pernah cerita sama aku?”
            “Kak.. Aku memang punya kamu. Tapi aku.....” Suaranya terputus.
            “De... De... De!!” Ujarku sambil mengguncang-guncang badan Carol.

            Tak bergerak. Diam. Dingin. Pucat. Tak terhitung berapa banyak air mata yang bercucuran. Aku ingin ia kembali. Aku tak ingin hidup sendiri! Lantas, apakah orang tuaku sudah puas dengan semua ini? Apakah mereka akan menyesal? Apakah mereka akan pulang dan mengurusi aku? Semua ini karena kalian! – Pikiranku saat ini.

            “Carol. Semoga kamu bahagia disana ya. Kakak ikhlas melepasmu. Kakak menyayangimu. Maafkan Ayah dan Ibu yang tidak pernah memberi kasih sayang sebagaimana yang kamu terjadi pada teman-temanmu. Aku menyayangimu. “ kuberkata dalam hati.


My Journey


            Usia bukan penghalang untuk mencintai seseorang maupun dicintai seseorang – begitu katanya. Tetapi itu semua tak berlaku untukku. Aku memang mencintai seseorang. Ya orang tuaku, tapi aku tak mencintai seorang lelaki lain yang notabennya bukan keluargaku atau siapapun. Aku hanya menyayanginya. Ketika seseorang beranggapan kelakuanku adalah berlebihan karena mengingat umurku yang masih belian ini... Yaaa up to you.

            Aku mengenalnya. Kami berkenalan mungkin sekitar 3 bulan lamanya. Tak terhitung sampai sekarang. Ya, tak terhitung sampai sekarang. Tak terhitung sampai ia....

            Katanya ia menyayangiku. Katanya loo, dan katanya dalam SMS. Aku percaya. Karena aku juga menyayanginya. Sangat amat percaya pada awalnya. Hingga hobiku untuk mengstalk seseorang kembali kambuh. Setiap aku online, ada saja keusilanku yang ternyata berbuah manis karena berhasil mengetahui kebohongannya (Kebohongan yang tak ia akui dan menganggapku SALAH PAHAM) Berbaikan kembali dan setelah itu tak ada komunikasi kembali. Percaya dan musnah terjadi berulang kali. Aku dipanggilnya sayang, diatas perasaannya yang sesungguhnya bahwa ia masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Ia membuatku terbang tinggi melayang dengan harapan akan mendarat di hatinya. Tapi ini? Mendarat di kesakitan yang sangat terbaik! Kenapa? Tentu saja terbaik, karena aku tak perlu bertahan lebih lama dalam kebohongan manis yang teramat amat manis yang telah ditanam selama 3 bulan lamanya. Mungkin, keputusanku tepat untuk menolakmu. Jika aku mau, aku bisa saja menerimamu. Tapi mungkin memang benar kata orang “Turuti kata hatimu” terimakasih hatiku. Karena kamu telah membebaskanku dari 3 bulan lamanya dalam sesuatu yang manis yang ternyata hanyalah ilusi. Kamu memang tak pantas untukku. Untukku yang tak pernah pantas untukmu.

            Kata-katanya masih terngiang dipikiranku. Ke so sweetannya dia masih terekam jelas dalam pikiranku. Meskipun perlahan-lahan mulai terkikis seiring berubahnya waktu. Move on-ku berhasil. Tapi dia kembali hadir. Kembali hadir dalam handphone-ku yang hadir tanpa rasa bersalah. Yang hadir tanpa tahu bahwa aku tak benar-benar mengharapkannya untuk kembali.


Untukmu,
Sesorang yang membuatku terlihat ‘dewasa’....
Dalam hal yang mungkin belum pantas....
Untuk ku ketahui.

Sabtu, 01 Desember 2012

Just Leave Me


Usia bukan penghalang untuk mencintai seseorang maupun dicintai seseorang – begitu katanya. Tetapi itu semua tak berlaku untukku. Aku memang mencintai seseorang. Ya orang tuaku, tapi aku tak mencintai seorang lelaki lain yang notabennya bukan keluargaku atau siapapun. Aku hanya menyayanginya. Ketika seseorang beranggapan kelakuanku adalah berlebihan karena mengingat umurku yang masih belian ini... Yaaa up to you.

            Aku mengenalnya. Kami berkenalan mungkin sekitar 3 bulan lamanya. Tak terhitung sampai sekarang. Ya, tak terhitung sampai sekarang. Tak terhitung sampai ia....

Me


            Sudah beberapa bulan ini saya menulis di blog ini. Dan saya lupa memperkenalkan nama saya. Maaf ya, harap maklum. Saya sudah terkena kepikunan dari 20 tahun yang lalu di umur saya yang baru 13 tahun ini. Nama saya Ni Putu Rianti Dewi. Asal dari Bali!!!!!! Dan biasa dipanggil Rianti B)

            Saya. Siapa saya? Saya ya saya. Saya adalah orang yang tak banyak orang ketahui secara mendetail. Bukan karena saya orangnya gak asik lo #PDGila tapi karena mereka tidak menunjukkan sikap yang membuat saya tertarik untuk menjelajahi lebih jauh tentang mereka.