Kata
seorang penulis yang akrab disapa
“Benzbara” dalam bukunya mengatakan : “semua hal yang ada terjadi karena sebuah
alasan. Bahkan, hujan yang turun di kotamu mempunyai alasan tersendiri”
Hujan
itu musiman. Hujan itu turun terkadang dalam jangka waktu yang lama, terkadang
dalam jangka waktu yang singkat. Tak ada yang tahu (meskipun musiman) apakah
hujan akan turun atau tidak, di hari ini ataupun hari esok. Semuanya tidak
menentu. Terkadang, aku membencinya. Tahukah hujan bahwa ada tanah yang selalu
menunggunya di siang dan malam? Tahukah hujan bahwa tanah tersebut
memerlukannya setelah berbulan-bulan terpanggan oleh sinar matahari? Tahukah
hujan?!?
Terkadang,
saat hujan turun.. ia berbeda. Ia tak seperti biasanya yang turun dengan sebuah
irama dan dengan kesejukan. Kali ini, hujan seolah marah. Ia enggan turun
seperti biasa, ia sangat tak beraturan. Kadang deras, kadang tidak. Aku (tanah)
sering bertanya “ia kenapa?”. Haruskah aku bicara? Tapi bagaimana? Aku hanyalah
benda mati yang tidak di anugerahi mulut untuk berbicara. Biarlah... mungkin
bulan ini hujan marah padaku, tanpa alasan yang kuketahui secara jelas.
Aku
kecewa. Sedih. Semuanya bercampur, aku tak bisa menjelaskannya. Tapi..
kurasakan semua itu seolah sirna seiring dengan datannya pelangi. Ya, ialah
sahabat karibku dan hujan. Tapi, ia jarang bertemu dengan hujan.. seperti yang
kau tahu, pelangi jarang muncul ketika hujan turun. Saat ini.. ia hadir, ia
hadir melebur lara. Aaaa... betapa senangnyaa..
*Hei
kamu.. iya, kamu yang lagi baca. Ngerti gak sama apa yang aku tulis? J ga ngerti? Engg....
K anggep aja tanah itu kamu, hujan itu
pacarmu yang kamu tunggu, dan... pelangi.. kau tahu siapa.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar